ekonomi Timor Leste berkisar 10% pada tahun 2011. Perekonomian Timor Timur diklasifikasi sebagai ekonomi dengan pendapatan menengah ke bawah oleh Bank Dunia. 20% penduduk menganggur, dan 52,9% hidup dengan kurang dari US $ 1,25 per hari. Sekitar setengah dari penduduk buta huruf.
Negara ini terus menderita akibat dampak setelah perjuangan kemerdekaan selama puluhan tahun melawan Indonesia, yang mengakibatkan rusaknya infrastruktur dan banyaknya ribuan pengungsi warga sipil. Walaupun telah merdeka, Timor Leste masih sangat tergantung dengan pasokan barang-barang dari Indonesia mulai dari sembako sampai bahan bakar minyak (BBM) terutama melalui provinsi Nusa Tenggara Timur.
Selain amat tergantung secara politik kepada mantan penjajah Portugal, Timor Leste mengadopsi mata uang Dolar Amerika Serikat sebagai mata uang yang mengakibatkan daya beli rakyat jauh menurun dibandingkan ketika masih menjadi provinsi Indonesia. Pada November 2007, terdapat sebelas kecamatan dimana kebutuhan makanan harus dipasok oleh bantuan internasional. Belum ada hukum perlindungan hak cipta di Timor Leste.
Saat ini tiga bank asing memiliki cabang di Dili: ANZ National Bank, Banco Nacional Ultramarino yang merupakan anak perusahaan dari bank terbesar Portugal Caixa Geral de Depósitos, dan Bank Mandiri.
Salah satu proyek jangka panjang menjanjikan yang pernah ada adalah pengembangan dan exploitasi minyak bumi dan gas alam bersama dengan Australia di sebelah tenggara perairan Timor. Setelah revolusi Anyelir, pemerintahan kolonial Portugis memberikan konsesi pada Oceanic Exploration Corporation untuk pengembangan dan exploitasi tersebut. Namun, hal ini gagal terlaksana dikarenakan oleh Operasi Seroja pada tahun 1976. Kemudian setelahnya, sumber daya dibagi antara Indonesia dan Australia dengan Perjanjian Celah Timor pada tahun 1989.
Demografi Timor Leste
puisi yang kuat. Salah satunya adalah Perdana Menteri Xanana Gusmão. Dalam arsitektur, beberapa bangunan gaya Portugis ditemukan, rumah tradisional Tetun di bagian timur yang dikenal sebagai uma lulik (rumah suci), dan lee teinu (rumah panggung) di Fataluku.
Radio adalah media yang paling populer. Stasiun Radio Televisi Timor Leste diluncurkan pada tahun 2002. Radio publik menjangkau 90% penduduk, sementara TV publik mempunyai jangkauan yang lebih kecil. Timor Leste mempunyai 2.300 pengguna internet pada bulan Desember 2011.
Timor Leste telah mengikuti berbagai organisasi olahraga seperti International Olympic Committee (IOC), International Association of Athletics Federations (IAAF), International Badminton Federation (IBF), Union Cycliste Internationale, International Weightlifting Federation, International Table Tennis Federation (ITTF), dan Tim Nasional Sepakbola Timor Leste bergabung dengan FIFA. Timor Leste juga telah mengikuti berbagai ajang olahraga internasional seperti SEA Games dan Olimpiade.
Pendidikan di Timor Leste
Angka melek huruf pada tahun 2010 mencapai 58,3%, meningkat dari hanya 37,6% di tahun 2001. Pada tahun 2006, 10%-30% siswa kanak-kanak tidak bersekolah.
Timor Leste mempunyai Universitas Nasional Timor Leste. Sejak kedatangan Portugis, jumlah sekolah meningkat dari 50 menjadi lebih dari 800. Di negara ini terdapat pula empat perguruan tinggi.
Kesehatan di Timor Leste
Usia harapan hidup adalah 60,7 di tahun 2007. Angka kelahiran adalah enam kelahiran per wanita. Usia hidup sehat adalah 55 tahun pada tahun 2007. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan adalah US$150 per orang di tahun 2006. Banyak orang Timor Leste kekurangan air minum yang aman. Terdapat dua rumah sakit dan 14 puskesmas pada tahun 1974. Pada tahun 1994 meningkat menjadi 11 rumah sakit dan 330 pusat kesehatan.
Angka mortalitas bayi pada tahun 2010 adalah 370 per 100.000 kelahiran, 928,6 pada tahun 2008, dan 1016,3 pada tahun 1990. Resiko kematian ibu hamil adalah 1 dari 44.
Sumber: |
1. Tetap Semangat! | Materi Pelajaran
|