Kita harus tahu lebih banyak mengenai pengeluaran. Lebih dari sekedar mengetahui perbedaan di antara pengeluaran tetap (fixed), pengeluaran yang terkadang berubah-ubah (semi-variable), dan pengeluaran yang berubah-ubah (variable). Kita harus bisa mengetahui kesalahan pengelompokannya dan laporan dari kelompok tersebut:
- Pengeluaran yang seharusnya tetap, ternyata berubah-ubah;
- Pengeluaran yang terkadang berubah-ubah, ternyata sering berubah, lebih dari yang seharusnya;
- Pengeluaran yang seharusnya berubah-ubah ternyata memiliki elemen yang tidak pernah berubah.
Semua akuntan mengetahui kebenaran dari fakta ini, dan mungkin akan sedikir gemetar bila mereka tahu bahwa rahasia mereka telah diketahui orang banyak. Akuntan cenderung menutupi kemungkinan perubahan dari suatu pengeluaran tetap, sampai saatnya tiba. Maunya bikin kejutan segar di setiap akhir pembukuan.
Bagi organisasi apapun, hal ini akan datang sebagai kejutan yang luar biasa. Para akuntan yang menyusun anggaran akan tertegun melihat angka-angka yang menanjak. Padahal, sebelumnya, mereka mencemohkan kekhawatiran dewan dan anggotanya akan perubahan dari pengeluaran tetap.
Masalah konseptual yang mungkin terbesar yang dihadapi akuntan adalah pengeluaran yang terkadang berubah-ubah. (Kalau tidak, kemungkinan lain setelah ini adalah pengeluaran yang terserap seluruhnya/total absorbption costing). Masalah yang berkaitan dengan akuntansi inflasi tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan ini. Tidak seperti ini, momok inflasi tidak selamanya bergentayangan.
Penyebab utama dari perbedaan di antara pengeluaran pada nyatanya dan anggaran adalah pengeluaran yang terkadang berubah-ubah ini.
Pengeluaran yang berubah-ubah, seperti yang terjadi pada bahan baku, penyebaran, dan kadang kala upah pekerja, biasanya berubah sesuai dengan besarnya produksi. Pengeluaran tetap, seperti sewa dan gaji pegawai mudah untuk diduga.
Di antara kedua jenis pengeluaran ini, terdapat pengeluaran yang terkadang berubah dan terkadang tidak. Lebih sulit meramal perubahan ini dan meramal nomor SDSB. Masalahnya adalah staf pelaksana yang tidak mau mengakui adanya pengeluaran yang berubah.
Ambilah contoh yang sangat mudah, perusahaan pembuat dan penyebar suatu barang selalu membungkus barang yang terjual. Kadang-kadang biaya pembungkusannya tidak ada. Kadang-kadang dapat dilupakan karena kecilnya. Kadang-kadang ongkos pembungkusannya lebih besar dari keutungannya.
Seandainya onderdil yang kecil tetapi mudah pecah dibeli oleh pembeli yang penting. Mungkin saja transaksi ini penting sekali bagi penjual, sehingga ia membungkusnya dengan karung goni, untuk perlindungan yang terbaik. Biaya pembungkusan, nol.
Pada kasus yang lainnya, pegawai yang ingat akan motto pelayanan yang baik, dan sifat dari onderdil tersebut, membungkusnya berlapis-lapis dengan kertas kado. Lalu menutupinya dengan kotak kardus barang pecah belah, dan mengikatnya kuat sekali sehingga seorang tukang sulap pun akan mengalami kesulitan untuk membukanya. Biaya pembungkusan? Lebih dari keuntungan barang terjual atau mungkin lebih dari keuntungan barang terjual atau harga jualnya.
Pegawai ini merupakan contoh seorang yang bangga akan tugasnya. Tapi kebanggaannya ini menimbulkan pengeluaran yang terkadang berubah, dan mengurangi keuntungan. Mereka akan tertawa apabila mereka kita peringatkan agar berhemat pada situasi seperti itu. Mereka yang melakukan sedikit perhitungan mungkin akan mengusulkan pada Anda bahwa Anda seharusnya memiliki sistem jumlah pembelian minimum.
Sedangkan yang lebih komersial mungkin akan mengusulkan pada Anda bahwa barang kecil seharusnya diberi secara cuma-cuma untuk hubungan baik dengan pembeli dan menghemat pengeluaran yang suka berubah-ubah ini. Kedua-duanya mungkin benar. Yang pertama adalah sikap dari seorang akuntan dan yang kedua adalah sikap dari seorang pemasaran.
Artikel bermanfaat lainnya:
Semoga bermanfaat, Tetap Semangat! | Materi Pelajaran