Sosialisasi adalah adalah istilah yang digunakan oleh sosiolog, psikolog, anthropolog, dan politikus untuk menyebut sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
1. Pengertian Sosialisasi
Selengkapnya baca artikel tentang Pengertian Sosialisasi dan Pengertian Sosialisasi Menurut Para Ahli.
Sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Seorang anak dikatakan telah melakukan sosialisasi dengan baik, apabila ia bukan hanya menampilkan kebutuhannya sendiri saja, tetapi juga memerhatikan kepentingan dan tuntutan orang lain.
Pengertian sosialisasi secara umum dapat diartikan sebagai proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya.
Proses pembelajaran berlangsung secara bertahap, perlahan tapi pasti dan berkesinambungan. Pada awalnya, proses itu berlangsung dalam lingkungan keluarga, kemudian berlanjut pada lingkungan sekitarnya, yaitu lingkungan tetangga, kampung, kota, hingga lingkungan negara dan dunia. Di samping itu, individu mengalami proses enkulturasi (pembudayaan), yaitu individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan yang berlaku dalam kebudayaan masyarakatnya.
Manusia lahir ke dunia sebagai bayi yang penuh dengan segala macam kebutuhan fisik. Kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat nilai dan sikap, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi dan konsep yang mendalam, serta konsisten dengan dirinya. Setiap orang memperoleh semua itu melalui suatu proses belajar yang kita sebut sebagai sosialisasi, yakni proses belajar yang mengubahnya menjadi seorang pribadi yang manusiawi. Sosialisasi adalah suatu proses di mana seseorang menghayati (internalize) norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah ‘diri’ yang unik. Definisi sosialisasi ialah proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakuan untuk menjadi suatu bagian dari suatu masyarakat, sebagian adalah proses mempelajari peran.
2. Media Sosialisasi
Selengkapnya baca artikel tentang 6 Macam Media Sosialisasi.
Media sosialisasi sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Macam-macam media sosialisasi adalah keluarga, kelompok bermain/teman sepermainan/teman sebaya, sekolah, lingkungan kerja, media massa, dan organisasi.
2.1. Media sosialisasi keluarga
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orangtua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan, anak mengenal dunia sekitarnya, dan pola pergaulan sehari-hari.
2.2. Media sosialisasi teman sepermainan
Dalam istilah sosiologi, kelompok bermain disebut juga dengan peer group. Pada usia anak-anak, kelompok bermain mancakup teman-teman tetangga, keluarga, dan kerabat. Pada usia remaja, kelompok sepermainan berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkembangan itu antara lain disebagbkan karena bertambahnya luasnya ruang lingkup pergaulan remaja, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Teman dan persahabatan merupakan pengelompokan sosial yang melibatkan orang-orang yang berhubungan relatif akrab satu sama lain.
2.3. Media sosialisasi sekolah
Fungsi sekolah dalam proses sosialisasi adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan siswa serta membentuk kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
2.4. Media sosialisasi lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan teman sekerja, pimpinan dan relasi bisnis. Dalam proses interaksi akan terjadi proses saling mempengaruhi. Pengaruh-pengaruh itu akan menjadi bagian dari dirinya.
2.5. Media massa sebagai media sosialisasi
Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
2.6. Organisasi sebagai media sosialisasi
Organisasi adalah pembentukan suatu kelompok yang memiliki tujuan khusus. Kemunculan suatu organisasi ditandai dengan aturan-aturan formal dan hubungan kewenangan. Dalam organisasi ada yang di sebut partisipasi. Partisipasi adalah keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Didalam organisasi pun memiliki aturan aturan norma yang sangat penting untuk menjaga berdirinya organisasi tersebut. Sebuah organisasi harus taat dan patuh terhadap norma norma yang berlaku, yaitu norma tata cara, kesusilaan dan hukum. Norma tersebut dapat menjadi pedoman dan pengatur jalannya suatu organisasi. Namun, apabila suatu organisasi melanggar norma tersebut, organisasi pun dapat berjalan tidak teratur dan dapat mengakibatkan kehancuran.
3. Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi dilakukan setiap orang sejak lahir di muka bumi sampai meninggal. Bahkan, seorang bayi yang baru lahir melakukan sosialisasi. Contohnya belajar membuka mata untuk melihat dunia, belajar memegang sesuatu, dan belajar merasakan sesuatu. Bersamaan dengan berjalannya waktu, pembelajaran bayi mengenai dunia semakin kompleks. Misalnya belajar berjalan, berbicara, makan, dan mengenal lingkungan sekitar. Ada dua faktor yang secara garis besar dapat memengaruhi proses sosialisasi, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik berarti faktor dari dalam diri, sedangkan faktor ekstrinsik berarti faktor lingkungan sekitar. Berdasarkan tahapannya, proses sosialisasi seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi primer dan sekunder.
3.1. Sosialisasi Primer
Sosiolog Peter L. Berger dan Luckman mengartikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).
Sosialisasi primer terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun. Pada usia ini seorang anak mengenal lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Anak mulai mengenal ayah, ibu, kakak, paman, bibi, nenek, dan kakek. Secara bertahap, ia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Melalui sosialisasi primer anak belajar tolong-menolong, toleransi, rela berkorban, taat beribadah, jujur, dan menyayangi anggota keluarga.
Dalam tahap ini, peran orang tua menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas dalam lingkup komunitas terkecil, yakni keluarga dan orang tualah yang paling banyak mengontrol kondisi anak. Kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dan anggota keluarga terdekatnya. Orang tua akan menjadi potret dan cermin bagi anak dalam mengembangkan kepribadiannya.
Proses sosialisasi primer mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Hal ini karena anak akan menerapkan hasil belajarnya dalam keluarga ke dalam pergaulan di masyarakat. Proses sosialisasi primer merupakan dasar seseorang melakukan sosialisasi sekunder.
3.2. Sosialisasi Sekunder
Selain berinterkasi dalam komunitas terkecil yakni keluarga, seorang anak juga melakukan proses komunikasi dengan lingkungan masyarakat, baik itu teman sepermainan, teman sekolah, maupun masyarakat umum. Di sanalah terjadi proses sosialisasi yang kedua yakni sosialisasi sekunder.
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri atau kekhasan yang baru. Adapun dalam proses desosialisasi seseorang mengalami “pencabutan” atau pelepasan identitas diri lama yang sudah melekat dalam kepribadiannya.
Pada sosialisasi sekunder seseorang belajar memahami lingkungan di luar keluarganya. Pada proses sosialisasi itu masyarakat atau orang lain mempunyai peranan penting. Sosialisasi sekunder diterima melalui pendidikan di sekolah dan pengalaman hidup. Ketika seseorang belajar menghormati guru, menyayangi sahabat, menghargai tetangga, pada saat itulah sosialisasi sekunder sedang berlangsung.
4. Pola Sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagaisignificant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
5. Tahapan Sosialisasi
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
5.1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
5.2. Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
5.3. Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
5.4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
6. Tujuan Sosialisasi
Tujuan umum sosialisasi:
- Agar orang mampu menjadi anggota masyarakat yang baik
- Agar orang dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan harapan masyarakat
- Agar orang dapat lebih mengenal dirinya sendiri dalam lingkungan sosialnya
- Agar orang menyadari eksistensi (keberadaan) dirinya terhadap masyarakat di sekelilingnya.
Tujuan Pokok sosialisasi menurut Bruce J. Cohen:
- Memberikan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupan di tengah masyarakat.
- Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat
- Mengembangkan kemampuan individu untuk berbicara dan berkomunikasi dengan baik
- Mengembangkan kemampuan individu untuk mengendalikan diri sesuai fungsinya sebagai bagian dari masyarakat dengan seringnya ia mengoreksi perbuatan yang sudah dilakukan apakah itu benar atau salah.
Secara umum, sosialisasi bertujuan untuk membentuk kepribadian. Kepribadian terbentuk melalui proses mempelajari pola-pola kebudayaan. Kebudayaan yang dipelajari meliputi nilai-nilai, norma-norma,beserta sanksi-sanksi yang akan diterima bila terjadi penyimpangan.Setelah kepribadian terbentuk,manusia siap menjalankan perannya di dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi umum sosialisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang individu dan kepentingan masyarakat.
6.1. Individu
Dari sisi ini, sosialisasi berfungsi sebagai sarana pengenalan, pengakuan, dan penyesuaian diri terhadap nilai-nilai, norma-norma, danstruktur sosial. Dengan cara begitu,seseorang menjadi warga masyarakat yang baik.
6.2. Masyarakat
Dari sisi ini, sosialisasi berfungsi sebagai sarana pelestarian, penyebarluasan,dan pewarisan nilai-nilai serta norma-norma sosial. Dengan demikian, nilai dan norma tetap terpelihara dari generasi ke generasi dalam masyarakat yang bersangkutan. Tujuannya agar setiap orang dapat hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakatnya.
7. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses pembelajaran nilai dan norma sosial untuk membentuk prilaku dan kepribadian individu dalam masyarakat. Adapun fungsi sosialisasi sebagai berikut.
- Dilihat dari kepentingan individu, sosialisasi bertujuan agar individu bisa mengenal, mengakui dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai, norma-norma, dan struktur sosial yang ada di dalam masyarakat.
- Dilihat dari kepentingan masyarakat, sosialisasi berfungsi sebagai alat pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma-norma yang ada dalam masyarakat, supaya tetap ada dan terpelihara oleh seluruh anggota masyarakat.
Sumber: |
1. Tetap Semangat! | Materi Pelajaran
|